• SMA NEGERI 1 KENDAL
  • WE ARE THE ONE
  • sma1kdl@gmail.com
  • (0294) 381136 / 081807031111 (Whatsapp)
  • RSS
  • Pencarian

Banjir Informasi Masyarakat Kocar-kacir

Artikel

Oleh : Safitri Ayuningtyas (XI MIPA 3)

Sejak kecil, saya selalu merasa bahwa saya sendiri adalah poros dari pergerakan dunia, meski itu sudah pasti hanya narsisme anak kecil yang sudah pasti tidak benar, beberapa peristiwa yang terjadi di sekitar saya selalu berkaitan erat dengan apa yang saya lakukan dan pikirkan. Contohnya, awal 2020 lalu, saya sedang mempelajar materi biologi kelas X-yang sejujurnya belum saya perlukan-tentang virus dan replikasinya. Saya memperhatikan pelajaran dari salah satu bimbingan belajar (bimbel) online yang menyebutkan contoh-contoh virus dan terkesima oleh cerita wabah maut hitam (black death) abad 14 lalu. Saya masih ingat bahwa riwayat pencarian saya sampai penuh tentang wabah-wabah masa lalu. Saya menjelajahi media masa untuk menemukan berbagai informasi demi memuaskan rasa penasaran saya.

Hal yang lucu sekaligus ironis adalah fakta bahwa berbilang minggu setelahnya-ketika pengetahuan saya mengenai virus dan pandemic masih hangat-hangatnya, wabah virus corona merebak di China. Saat itu saya menghabiskan waktu merefleksi dari pengetahuan yang saya miliki yang berujung pada saya merinding memikirkan efek domino dari wabah ini. Dan sayangnya, yang saya takutkan menjadi kenyataan, Pandemi virus Covid-19 bahkan masih berlanjut di masa saya menulikan tulisan ini.

Mungkin Sebagian orang merasakan seperti yang saya alami, yaitu berpikir bahwa apa yang dialami oleh dunia saat itu seperti masuk ke dunia dalam novel-novel fiksi ilmiah. Namun tentu dengan cepat mereka (termasuk saya) ditampar oleh angka kematian yang melonjak.  Skeptis dan tidak percaya perlahan berubah menjadi ketakutan. Masalahnya data-data angka yang ditampilkan bukanlah sekedar angka, melainkan nyawa. Diluar sana ada ayah-ayah yang kehilangan anak istrinya, ada pasangan-pasangan muda yang kehilangan belahan jiwanya, ada orang-orang yang kehilangan sahabat baik dan saudaranya. Kematian mereka nyata adanya.

Di masa-masa itulah ketakutan merebak merajalela, seluruh saluran TV, iklan di radio, iklan di pamflet-pamflet, baliho-baliho di sisi jalan menginformasikan seluruh cara untuk menyelamatkan diri, untuk membuat kita tetap hidup. Masalahnya informasi tidak berhenti disitu, mereka memeluk lebih erat, berlari lebih dekat, seluruh iklan di sosial media, semua grup Whatsapp keluarga ribut dengan pesan panjang yang entah sudah diteruskan berapa kali (forward message) mengenai pandemi. Sangking banyaknya, kita sampai di titik dimana kita semua tidak bisa membedakan mana yang benar dan informasi mana yang dibuat-buat, kondisi inilah yang kita sebut sebagai kebanjiran informasi.

Apa yang membuat situasi kebanjiran informasi ini menjadi demikian berbahaya? Toh pada akhirnya percaya atau tidak percaya adalah hak seseorang sebagai warga negara yang merdeka. Baik, mari kita kupas satu persatu.

Alasan pertama, tidak semua orang melakukan pengecekan ulang pada informasi yang sampai padanya. Tidak semua orang memiliki akses untuk mendapat referensi dari sumber yang kredibel dan relevan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di kepala mereka. Tidak semua orang memiliki kemampuan untuk berpikir kritis sebelum meyakini suatu informasi. Padahal di masa-masa banjir seperti ini, berita bohong atau yang biasa disebut sebagai  hoax dan fakta itu sendiri, hampir tidak bisa dibedakan, terlebih untuk masyarakat awam.

Yang kedua, tanpa memastikan kebenaran informasi tersebut, masyarakat jutru menyebarkan informasi yang mereka dapat. Perbuatan tersebut selain dinilai sebagai ceroboh juga dinilai dapat merugikan orang lain, apalai kalau yang disebarkan ternyata hanyalah berita bohong. Fitnah yang tersebar di masyarakat dapat membawa presepsi dan Tindakan masyarakat ke arah yang implusif tanpa tahu bahwa yang mereka ikuti adalah berita bohong. Bukankah mereka perjuangkan menjadi sia-sia? Padahal kalau mereka menuruti anjuran untuk tetap dirumah mereka mungkin dapat menikmati kebebasan lebih cepat. Contohnya bisa kita lihat di negara-negara seperti Prancis dan China yang sudah mulai bangkit lagi berkat ketaatan warganya.

Yang ketiga yaitu ketika hoax-hoax ini disebarkan oleh suatu individu atau kelompok yang memiliki kepentingan untuk menggiring suara massa, dan sialnya dipercayai oleh masyarakat kita. Meeskipun tidak selalu, namun hal ini biasanya bermula dari dunia politik.  Hoax dan konspirasi menjadi senjata paling mematikan setara dengan rudal atau bom atom. Apalagi kalau problematika yang terjadi cukup menguras otak untuk dipahami bahkan oleh seorang yang memahami dasar-dasarnya dengan baik seperti halnya saya. Untuk masyarakat awam yang sudah terlanjur dilanda kecewa, jauh lebih mudah untuk mereka mendengar bahwa pandemi ini ‘dibuat oleh oknum’ daripada situasi yang tidak diprediksi dan terjadi begitu saja. Karena pada pilihan pertama mereka memiliki suatu objek untuk disalahkan atas segala yang menimpa, yang mana hal ini juga sesuai dengan psikologi manusia. Yang ketiga ini sebenarnya bisa dibilang sebagai puncak dari segala bahaya kebanjiran informasi, karena ditengah banyaknya data dan informasi, pergerakan oknum berkepentingan ini tidak akan mudah untuk tercium massa sebagai berita bohong daripada saat kondisi normal-normal saja.

Selain penggiringan massa, yang lebih mengerikan lagi dari persebaran hoax dan konspirasi ini adalah perpecahan karena perbedaan keyakinan atas situasi yang dihadapi bersama seperti ini. Saya sudah sering sekali melihatnya belakangan ini, saudara yang bertengkar, om dan keponakan yang saling membentak, suami dan istri yang berdebat dengan nada tinggi. Miris sekali bukan? Perbincangan mereka biasanya tidak jauh dari akan melayat atau tidak, akan menjenguk atau tidak, percaya atau tidak percaya kehadiran covid, atau yang paling baru mau vaksin atau tidak. Sejuujurnya perpecahan dan perbedaan keyakinan ini bisa dipahami, karena virus sendiri tidak bias kita lihat sembarangan dengan mata telanjang. Akan berbeda ceritanya kalau kita diserang oleh ribuan belalang atau ribuan kodok seperti jaman Firaun, karena  semua orang di dunia ini pasti akan melihat serangan itu dengan jelas, melihat wujud ‘musuh’ yang mengancam hidup mereka.

Di masa-masa sulit seperti ini saya sangat prihatin bahwa lebih banyak forward message yang berbunyi “virus ini dibuat oleh elit global” dari pada info-info soal replikasi virus yang sebenaranya lebih penting dan lebih dibutuhkan oleh masyarakat. Saya prihatin bahwa banyak sekali informasi yang sejujurnya cukup dengan copy paste di mesin pencarian seperti google mereka akan mengetahui bahwa informasi itu jelas hoax dan tidak berdasar. Saya sakit hati sekali dengan kenyataan bahwa mereka yang ‘tersesat’ mempercayai hoax sangat teguh dengan kepercayaannya dan tidak mau mendengarkan sekalipun yang disampaikan itu benar dan lebih masuk akal. Mereka hanya mempercayai apa yang mau mereka percayai, mereka hanya mau melakukan apa yang mau mereka lakukan tanpa memikirkannya dengan matang dan dewasa. Dan yang lebih manampar lagi, kenyataan bahwa pelajar yang memiliki kemudahan akses terhadap ilmu pun termakan hoax tersebut tanpa mau melakukan validasi dan pengecekan berkala.

Media sosial memang mempercepat perputaran informasi. Sangat cepat sampai sangat berbahaya. Banjir informasi juga dimulai dari sana. Sebuah media yang saat ini dipenuhi oleh para gen x dan z yang mana mereka sebagian besar seorang pelajar. Mereka-mereka inilah yang seharusnya membantu untuk meluruskan informasi yang berbelok terlalu jauh, memberikan data dan fakta hasil dari validasi yang seharusnya mudah mereka lakukan dengan kemudahan mendapatkan ilmu yang menjadi kelebihan mereka. Dengan begitu mereka telah membantu mempertahankan negara dari perpecahan dan kehancuran. Mereka juga akan membantu menyelamatkan hidup banyak orang dengan hanya memberikan validasi apakah informasi tersebut hoax atau bukan.

Generasi pelajar saat ini dihadapkan pada masalah dengan resiko sangat besar. Namun yang tidak disadari banyak orang solusi untuk masalah ini lebih mudah dari yang dijalani pahlawan jaman dahulu. Kita tidak diharuskan mengangkat bambu runcing atau mengacungkan pistol pada penjajah. Cukup dengan berhenti meneruskan informasi yang salah dan memastikan bahwa informasi yang beredar merupakan informasi yang valid serta informatif untuk masyarakat.

Siswa-siswi yang saat ini melakukan pembelajaran online mungkin diremehkan karena pengalaman mereka hanya di depan laptop atau gawai, namun dengan teliti terhadap informasi dan teknologi, mereka bisa saja menyelamatkan negeri ini. Menyelamatkan saudara-saudara kita dari pemahaman yang salah dan menyimpang. Yang paling penting yaitu dengan menuliskan sumber yang kredibel atau dari orang-orang yang kompeten untuk memberikan penjelasan maka masa akan bergerak ke arah yang benar dan seharusnya.

Apabila kebanjiran informasi di masukan ke dalam daftar bencana maka negeri kita tidak akan berhenti diterjang bencana. Disitulah peran pada pemuda dan pelajar yaitu memeriksa ulang tiap informasi lalu menyebarkan kebenarannya untuk mengubur hoax-hoax yang turut hanyut di dalam banjir informasi. Karena dampak dari kebanjiran informasi bukanlah sekedar kebingungan atau pergerakan massa ke arah yang salah, melainkan juga mengorbankan nyawa lainnya. Apabila seseorang terlanjur mempercayai berita bohong bahwa orang sakit akan selalu di covid-kan maka apabila mereka sakit mereka merasa bahwa pergi ke dokter atau ahli Kesehatan tidak diperlukan. Padahal hal ini tidak benar dan kalaupun ada oknum rumah sakit yang melakukan praktik seperti ini, maka tidak semua tenaga medis melakukan hal yang serupa, tidak semua rumah sakit memiliki kebijakan yang demikian. Kesimpulan masyarakat ini disebut dengan istilah generalisasi yang mana mereka menyamaratakan segala sesuatu yang tidak demikian. Akibatnya? Beberapa nyawa yang seharusnya bisa diselamatkan dengan penangan yang benar harus kehilangan kesempatan hidup mereka.

Contoh lainnya adalah kerika beredar berita bohong tidak berdasar oleh seorang yang mengaku dokter bahwa covid ini tidak ada, mereka yang meninggal diakibatkan interaksi antar obat. Berita tidak menyenangkan ini dikabarkan membuat banyak pasien covid yag menolak obat dari perawat dan menolak penanganan rumah sakit. Bisakah dibayangkan bagaimana sakit hatinya para tenaga medis yang bersusah payah begadang dibalut alat pelindung diri yang sesak dan panas demi menyelamatkan nyawa orang-orang justru dipandang sinis nan curiga dianggap sebagai dalang kematian saudara-saudari mereka. Tentu yang rugi adalah pasien itu sendiri, karena pada akhirnya rasa sakit dan kematian akan dialami mereka sendiri.

Pada awal abad ke 21 informasi dikatakan sama berharganya dengan emas, atau bahkan lebih bernilai daripada emas. Apabila menilik dari pembahasan sebelumnya dimana kesalahan informasi dapat membuat nyawa melayang maka pernyataan itu pasti benar adanya. Di medan perang inilah generasi x dan generasi z akan berperang, lawan mereka adalah berita bohong, generalisasi, dan teman-temannya demi melindungi masyarakat Indonesia dari kebanjiran informasi.

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
DEBAT DAN ORASI PEMILIHAN KETUA MPK 2024/2025

Pada hari Rabu, 11 September 2024, dilaksanakan tahap wawancara dalam rangka Pemilihan Calon Ketua MPK di Aula SMA N 1 Kendal. Dari beberapa kandidat, hanya tiga yang lolos ke tahap ber

08/10/2024 02:10 - Oleh Ekskul Jurnalistik SMAN1K - Dilihat 22 kali
Kreativitas Siswa SMAN 1 Kendal dalam Berkarya

SMAN 1 Kendal Kembali mengadakan kegiatan yang tak kalah keren dari yang sebelumnya, yaitu Pameran Seni SMANIK 2024. Kegiatan ini merupakan acara tahunan yang diadakan sebagai sarana ek

19/09/2024 11:08 - Oleh Ekskul Jurnalistik SMAN1K - Dilihat 56 kali
Seru! Classmeeting WOOS 2024

Class meeting merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan oleh SMAN 1 Kendal di setiap akhir semester dengan tujuan agar siswa-siswi SMAN 1 Kendal dapat mengeluarkan semua bakat

19/09/2024 09:31 - Oleh Ekskul Jurnalistik SMAN1K - Dilihat 58 kali
RILIS! PENGUMUMAN PPDB SMAN1K CEK DISINI!

Assalamualaikum, salam sejahtera untuk semua. Kepada seluruh Calon Peserta Didik Baru SMA Negeri 1 Kendal, mimin mau sampaikan berita penting nih, berdasarkan hasil seleksi PPDB pada p

02/07/2024 09:51 - Oleh SMAN 1 KENDAL - Dilihat 568 kali
PELAKSANAAN DONOR DARAH PROGRAM KERJA PMR SMA NEGERI 1 KENDAL

Kali ini ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) SMA Negeri 1 Kendal, yaitu PRANESHA bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Kendal dalam kegiatan donor darah yang

18/05/2024 18:08 - Oleh Ekskul Jurnalistik SMAN1K - Dilihat 500 kali
GELAR KARYA P5 REKAYASA DAN TEKNOLOGI

SMA Negeri 1 Kendal menggelarkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang bertemakan Rekayasa dan Teknologi, dengan topik Berekayasa dan Berteknologi untuk Bumi yang Lebih Baik be

15/05/2024 16:19 - Oleh Ekskul Jurnalistik SMAN1K - Dilihat 24622 kali
PERINGATAN HARI KARTINI DI SMA NEGERI 1 KENDAL

SMA Negeri 1 Kendal Meriahkan Hari Kartini dengan berbagai lomba menarik.    Kendal, 19 April 2024 - Siswa dan siswi SMA Negeri 1 Kendal merayakan Hari Kartini dengan bersem

20/04/2024 23:01 - Oleh Ekskul Jurnalistik SMAN1K - Dilihat 549 kali
PELANTIKAN PENGURUS PMR PERIODE 2023/2024

Pada hari, Rabu 7 Febuari 2024, sebanyak 27 siswa resmi dilantik menjadi pengurus baru Palang Merah Remaja (PMR) di SMA Negeri 1 Kendal. Pelantikan dilaksanakan di aula SMA Negeri 1 Ken

21/02/2024 16:33 - Oleh Ekskul Jurnalistik SMAN1K - Dilihat 1142 kali
PERINGATAN ISRA MIRAJ DENGAN ASTRON

16 Februari 2024 - Peristiwa Isra Mi'raj diperingati setiap tanggal 27 Rajab dalam kalender Hijriyah sedangkan berdasarkan kalender Masehi, tahun ini Isra Mi'raj jatuh pada hari Kamis t

21/02/2024 15:50 - Oleh Ekskul Jurnalistik SMAN1K - Dilihat 557 kali
P5 GAYA HIDUP BERKELANJUTAN

Kendal, 6 Febuari 2024. SMA Negeri 1 Kendal menggelarkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang bertemakan Gaya Hidup Berkelanjutan. Gaya hidup berkelanjutan adalah gaya hidup y

08/02/2024 14:11 - Oleh Ekskul Jurnalistik SMAN1K - Dilihat 23478 kali